Senin, 17 Maret 2014

Cerbung

Jurus Kepo Ala Jomblo part 1
by Riana Wati S.S.


"Mau kemana mbak sore-sore gini? mau nge-date ya?" Tanya Reni saat mendapati Nesya mengeluarkan motornya dari garasi.

Nesya tertawa kecil, "Iya, ada kencan dengan seseorang"
"Wuiiiisss kencan, pasti dengan cowok ganteng yang dulu pernah kesini itu ya?" lanjut Reni
"Ah, kepo aja sih kamu Ren!" sungut Avisha yang sedang duduk disamping Reni. yang disunguti malah tersenyum manis.
Nesya tertawa geli, "Emang kalau kencan itu selalu dengan cowok ya?"

"Ya, secara gitu mbak Nesya kan cantik dan shalihah, masak sih nggak ada yang naksir"
Setelah motornya siap, Nesya justru membiarkannya dan memilih mendekati kedua adik kostnya yang sedang duduk santai itu.
"Kalian juga cantik kok, mungkin juga banyak yang naksir, tapi tidak selalu yang cantik dan ditaksir itu punya cowok kan?" ujar Nesya sambil menjawil pipi Reni yang mulai tembem. Bahagia nian itu gadis. yang dipuji cantik malah nyengir.

"Kita kan penasaran gitu mbak, siapa gerangan yang bisa meluluhkan hatimu itu." lanjut Reni
"Diih, mbak Nesya kan emang nggak punya pacar ya?" sahut Alvisha yang sudah memahami prinsip mbak kostnya itu. kasusnya dulu dengan Dewa menjadi celah mbak yang berjilbab itu untuk menjelaskan kenapa nggak boleh pacaran. sebenarnya Alvisha setuju juga sih, cuman belum seteguh itu, hihi... masih aja ngeladenin cowok keren yang ngasih perhatian ke dia.

Nesya mengangguk, "Buat apa pacaran?"
"Iya mbak, kita ka nggak ada yang pacaran disini," Alvisha membela diri. Nesya mengacungkan kedua jempolnya.
"Berangkat dulu yaa," pamit Nesya sambil mencangklongkan tas dibahunya.
Saat motor sudah berderum meninggalkan garasi, Reni melanjutkan rasa penasarannya.

"Tapi, kemarin aku lihat lho mbak Nesya di depan ruang rohis sedang ngobrol dengan cowok ganteng, si... Anu, ituu, ketua rohis siapa namanya.?"
"Arif?"
"Iyaa, mas Arif"
"Ya bisa aja lah, ketua ngobrol sama anak buah. Mbak Nesya kan pengurus rohis sekolah, kepo lo!"
"Kepo? apaan sih dari tadi kepa-kepo?" Reni memeng lugu itu pasang tampang bingung. Tapi asli, kali ini dia belum tau apa itu kepo. hihi...
"Nggak tau kepo, hah? kuper..." sahut Avisha sambil ngeloyor masuk ke dalam.

*****
Malam minggu di kost. tak ada yang pulang ke rumah karena minggu-minggu ini banyak ulangandi sekolah. Lima gadis remaja itu memilih menyelesaikan tugas-tugas mereka sambil sesekali berkelakar di ruang tengah kalau bosan di kamar. Ruang favorit mereka minggu ini tentu saja ruang tengah itu, sambil menonton televisi dan menghadap aneka camilan. Chika si tajir itu yang paling rajin memasok logistik umum (istilah mereka untuk camilan bereng-bareng yang ditaruh di ruang tengah).

"Yang punya pacar malam minggu gini pasti menyenangkan ya?" celetuk Reni tiba-tiba. sesaat teman-temannya menatap Reni, tumben ya nih anak ngomongin pacar.
Avisha menahan senyum, ini pasti efek dari ngobrol kemarin sore yang belu selesai.
"Dalam bayanganmu gimana dik?" tanya Nesya

"Yaa asyik gitu sama cowoknya,mungkin jalan-jalan kemana gitu, atau nonton bioskop, yaaa.... pokoknya berdua deh," pandangan Reni menerawang sambil senyum-senyum.

"Pingin lo?"  Rian to the point, emang gitu gaya si tomboy itu

SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA

SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA
Oleh W.S. Rendra

Matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit,
melihat kali coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.
Lalu kini ia dua penggalah tingginya.
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini
memeriksa keadaan.
Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”
Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”
Kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya.
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.
Perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.
Tentu kita bertanya :
“Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?”
Sekarang matahari, semakin tinggi.
Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala.
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan ?
Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Malam akan tiba.
Cicak-cicak berbunyi di tembok.
Dan rembulan akan berlayar.
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda.
Akan hidup di dalam bermimpi.
Akan tumbuh di kebon belakang.
Dan esok hari
matahari akan terbit kembali.
Sementara hari baru menjelma.
Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
Atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra.
Di bawah matahari ini kita bertanya :
Ada yang menangis, ada yang mendera.
Ada yang habis, ada yang mengikis.
Dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !
Jakarta 1 Desember 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi

Sajak ini dipersembahkan kepada para mahasiswa Universitas Indonesia di Jakarta, dan dibacakan di dalam salah satu adegan film “Yang Muda Yang Bercinta”, yang disutradarai oleh Sumandjaja.